Pada hari Sabtu, 7 April 2012 kemarin, saya dan
teman-teman sekelas bersama seorang pendamping juga seorang supir bus
berkunjung ke kawasan konvservasi Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) yang
termasuk dalam wilayah Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kota
Administrasi Jakarta Utara. Untuk berkunjung kesini kita mesti
mendapatkan izin terlebih dahulu dari Departemen Kehutanan – Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam – Balai Konservasi Sumber Daya
Alam DKI Jakarta – Jl.Salemba Raya No.9 Jakarta Pusat, Telp. : 021-3908771 /
3158142.
Kita berangkat sekitar pukul 6.30 dengan bus kampus
dan tiba di Muara Angke sekitar pukul 7.45.
Awalnya kami sempat bingung dimana letak persisnya
SMMA karena tidak ada penunjuk arah yang dapat dijadikan patokan dan kita yang
ada di dalam bus belum pernah kesana sebelumnya. Setelah menanyakan arahnya pada warga sekitar,
kita pun segera menuju tempat dimaksud dan menemukan plang didekat SMMA itu.
![]() |
Pintu masuk SMMA |
Pertama kali memasuki pintu depan
SMMA, suasana terasa sejuk sekali karena konstruksi pelataran masuk berupa
panggung dari kayu di atas sungai ditambah kerimbunan pohon-pohonnya dan udara
pagi yang masih segar.
Saya dan teman-teman mulai menyusuri
boardwalk dan disambut dengan beberapa monyet ekor panjang yang merupakan salah
satu satwa liar yang ada di SMMA. Sekitar 20 m dari pelataran masuk, ada sebuah
bangunan berwarna hijau yang merupakan Pusat Informasi, Kantor Petugas (Post Gate)
dan tempat bersantai sebelum berkeliling hutan. Tak jauh dari Pusat Informasi
akan kita temui tempat Pengamatan burung-burung dan aktifitas di SMMA ini,
dengan ketinggian sekitar 20 m.
Karena kami tiba terlalu pagi,
akhirnya kami harus menunggu pemandu kawasan ini untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan. Sambil menunggu pemandu, kami mulai berjalan-jalan sendiri
sambil mengambil foto dan menikmati alam yang sebagian besar didominasi oleh
warna hijau dan coklat ini. Saya dan dua orang teman ingin mengetahui ujung
jembatan sehingga mulai berjalan duluan menyusuri jembatan kayu yang dari
pemandunya saya tahu bahwa panjang jembatan itu kurang lebih 843 meter jadi
total pulang pergi adalah 1686 meter.

Di
tengah perjalanan, saya sempat melihat biawak kecil ( Varanus Salvator ) yang
juga dilindungi di kawasan ini. Kami mendekati biawak itu namun dia berjalan
semakin cepat seakan berlari dan akhirnya ..byurr.. terjun ke danau.
Danau di sisi jembatan menyimpan
cukup banyak sampah. Sebenarnya banyak tempat sampah yang diletakkan di
sepanjang jembatan, lalu mengapa banyak sampah di danau?? Dari pemandu, saya
juga tahu bahwa ternyata, sampah di danau berasal dari sampah penduduk yang
dibawa arus sungai Muara Angke dan pembersihan sampah penduduk yang tersangkut
di pepohonan bakau rutin dilakukan oleh relawan setiap tiga bulan sekali. Hal
ini dilakukan bukan hanya untuk keindahan tapi berpengaruh besar terhadap
kehidupan penghuni di dalam kawasan konservasi tersebut, karena monyet di situ
sempat beralih pola makan dari buah pidada ke sampah penduduk.
Mengapa sampah bisa tersangkut di
kawasan ini? Menurut penjelasan pemandu dalam pengarahan, ternyata sungai Muara
Angke ini adalah tempat bersatunya 13 aliran sungai di Jakarta sebelum ke laut.
Bayangkan saja berapa banyak sampah yang melewati sungai ini sebelum masuk ke
laut.

Dari brosur yang dimiliki, diketahui
bahwa satwa yang ada disini yaitu sekitar 74 jenis burung-burung air yang
menjadikan tempat ini sebagai feeding ground, ada juga Biawak (Varanus
salvator), Ular Sanca (Phyton reticulatus), Ular Cobra (Naja sputatrix), dan
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Sedangkan untuk jenis-jenis
tumbuhannya adalah Api-api ( Avicena marina ), Bakau Bandul ( Rhyzopora
mucronata), Pidada ( Soneratia caseolaris ), Nipah ( Nypa fruticans ),
Buta-buta ( Exoecaria agallacha ), Ketapang ( Terminalia cattapa ) dan Waru
Laut (Hibiscus tiliaceus).

Akhirnya saya dan teman-teman sampai di ujung jembatan setelah sempat hampir di makan monyet bertatapan tajam yang duduk di pohon bakau samping jembatan.
Pohon-pohon yang ada di dominasi oleh pohon Bakau dan pohon Nipah sampai dengan ujung jembatan ini.

Kita kembali ke pelataran kayu sekitar pukul 10.30 dan bersama beberapa orang teman, saya menaiki menara Pengamatan Burung-Burung.
Setelah turun dari menara, kami
beristirahat sebentar di Post Gate untuk memutuskan tempat makan siang, dan
sekitar pukul 11.00 siang kita pulang dari Taman SMMA dan makan siang di
Seasons City sampai pukul 1.00 kita kembali ke Kampus STP Sahid Pondok Cabe
dengan bahagia bercampur lelah.
Nilai: 85
BalasHapusBagus, mudah-mudahan apa yang kamu dengar dan lihat disana bisa menambah wawasan dan kepedulian kita untuk lebih cinta akan lingkungan sekitar kita..."Keep Green jakarta"
Trims ibu..
BalasHapusSipp..
"Keep Green Jakarta" :)